Jumat, 10 Juni 2011

10 Penjara Bawah Tanah di Indonesia

you know?

10. Penjara bawah tanah Benteng Vastenburg, Solo.
Benteng megah di tengah Kota Bengawan ini, sekarang tinggal seonggok bangunan yang tak berharga dan ditumbuhi rumput ilalang yang lebat. Dalam konteks morfologi perkotaan, benteng itu memiliki peranan penting yakni pusat hubungan Solo-Semarang. Kota Solo dalam periode XVIII-XIX, sebagai pusat perdagangan dan ditandai perkembangan kota kolonial. Uniknya, perkembangan ini tercipta dalam nuansa kekuasaan tradisionalistik Kerajaan Kasunanan Surakarta.
Di tempat itu, kekuatan pasukan Belanda dipusatkan. Konon, juga ada semacam bungker bawah tanah yang cukup luas di bawah benteng. Bungker tersebut digunakan untuk penjara para tawanan. Hal itulah yang membuat tempat tersebut tak dimungkinkan jika dijadikan bangunan bertingkat.
9. Penjara Bawah tanah Benteng Pendem, Cilacap.
Siapa sangka di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, seperti Cilacap menyimpan sebuah benteng yang sangat unik. Benteng itu bernama Benteng Pendem (Kusbatterij Op De lantong Te Tjilatjap) yang dulunya di tahun 1861 merupakan benteng pertahanan tentara Hindia Belanda saat menghadapi bangsa Indonesia.
Benteng di pesisir pantai Teluk Penyu ini menempati area seluas 6,5 hektare dengan beragam fasilitas wisata, seperti benteng, terowongan, landasan meriam, penjara bawah tanah, barak, ruang dapur, ruang senjata, jembatan kolam, gardu pos yang berisi peta strategi Belanda, kolam pemancingan, tempat istirahat, gazebo, ayunan dan sejumlah patung dinosaurus.
8. Penjara bawah tanah Benteng Malborough, Bengkulu.
Benteng Marlborough merupakan salah satu objek wisata sejarah yang terdapat di Kota Bengkulu. Objek wisata Benteng Marlborough terletak di Kelurahan Kampung Cina, Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu. Benteng ini menjadi pusat kedudukan tentara Inggris di Bengkulu. Benteng berbentuk segi-empat dengan ukuran panjang 240 meter dan lebar 170 meter. Benteng ini didirikan oleh The Britsh East India Company pada tahun 1713 dan selesai pada tahun 1719.
Di benteng bagian barat daya terdapat di sebelah kiri dan kanan lorong benteng. Di sebelah kiri terdiri dari 7 lokal atau ruangan. Dinding ruangan tersebut dari pasangan batu kali, batu karang, bata dengan mempergunakan perekat campuran kapur, pasir dan tepung bata. Disamping ruangan tersebut terdapat juga ruangan yang teretak di bawah kaki kura-kura barat daya, yaitu rungan penjara bawah tanah, yang terdiri dari tiga ruangan yang keadaanya sangat gelap.
7. Penjara bawah tanah Benteng Rotterdam, Makassar.
Fort Rotterdam adalah benteng peninggalan kerajaan Gowa yang dibangun tahun 1545, terletak di pinggir pantai, sebelah barat kota Makassar. Bangunan dan taman-taman ini masih terawat dengan baik. Di sini ada penjara bawah tanah tempat Pangeran Diponegoro dipenjara dan di dekat pintu masuk benteng ini terdapat patung salah satu raja Gowa yang terkenal Sultan Hassanudin.
6. Penjara Kalisosok, Surabaya
Kalisosok adalah sebuah daerah di Surabaya Utara, dekat dengan Kembang Jepun dan Rajawali. Di Kalisosok ini, berdiri sebuah penjara tua dari jaman penjajahan Belanda yang kerap digunakan untuk menyiksa para pejuang kemerdekaan Indonesia. Dahulu, Kalisosok terkenal dengan keangkeran dan seramnya tempat ini. Saat ini, selepas masa kemerdekaan Indonesia, penjara tersebut sudah mulai memudar pamornya. Kalisosok banyak menampung para narapidana politik dan kelas berat, terutama jika dikaitkan dengan situasi politik dalam negeri Indonesia pada tahun 1960-1970 an yang sedang panas-panasnya. Kisah penjara kalisosok tak lepas dari kisah penjara bawah tanahnya.
5. Penjara Sukamiskin, Bandung
Merupakan salah satu penjara yang pernah mengurung Bung Karno. Penjara Sukamiskin, merupakan peninggalan pemerintah Belanda. Penjara tersebut dibangun pada 1918 dan baru berfungsi pada 1924. Dalam penjara terdapat 552 sel. Saat ini, penjara dihuni sekitar 480 narapidana. Bangunan asli khas Belanda, kental terlihat di Penjara Sukamiskin. Bahkan, ruang bawah tanah yang dipakai untuk penjahat berbahaya masih tetap dipelihara oleh petugas. Sayangnya, penjara bawah tanah tersebut tertutup untuk umum. Penjara bawah tanah tidak dipergunakan lagi. Sejak 1945, penjara bawah tanah sudah ditutup. Ruangan tersebut kini dipakai sebagai gudang penyimpanan.
4. Gedung Polwiltabes Surabaya
Gedung ini telah direstorasi pada saat Irjen Pol Anang Iskandar menjadi Kapolwitabes Surabaya 2007 lalu. Gedung utama menjadi utuh lagi. Bunker untuk penjara bawah tanah dibuka lagi meskipun tidak lagi dihuni.
Gedung utama ini memiliki empat ruangan utama. Semua ruangan itu termasuk kusen pintunya tidak ada yang berubah. Sekarang Kapolwil, Wakapolwil dan sejumlah kabag menempati gedung ini. termasuk ada ruang rapat dan lobi yang langit langitnya tinggi. Di bawahnya ada penjara bawah tanah yang tingginya satu meter. Pintu masuknya ada dua, namun sekarang yang terlihat hanya satu di sisi utara.
3. Gedung Merdeka, Bandung
Gedung Merdeka di jalan Asia-Afrika, Bandung, Indonesia, adalah gedung yang pernah digunakan sebagai tempat Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika tahun 1955. Pada saat ini digunakan sebagai museum.
Pada usianya yang lebih dari satu abad, gedung ini masih menyimpan banyak cerita. Selain ruangan bawah tanahnya yang penuh tanda tanya, termasuk penjara bawah tanahnya. Satu terowongan bawah tanah di sekitar ruangan bawah tanah itu juga disinyalir menghubungkan Gedung Merdeka dengan gedung tua lainnya.
Jalan masuk ke ruang bawah tanah di Gedung Merdeka dapat diakses dari pinggir gedung itu, tepatnya dari Jl. Cikapundung Timur. Pintu masuk ruangan bawah tanah berada di depan gedung yang dulunya berfungsi sebagai Perpustakaan Daerah Jawa Barat. Jika tidak saksama, pintu masuk ke ruang bawah tanah tidak akan terlihat. Namun, jika diperhatikan, lorong menurun selebar satu meter dan tinggi sekitar dua meter.
2. Museum Fatahillah, Jakarta
Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.
Gedung ini dulu adalah Stadhuis atau Balai Kota, yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jenderal Johan Van Hoorn. Bangunan balaikota itu serupa dengan Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.
1. Gedung Lawang Sewu, Semarang
Gedung yang sudah sangat terkenal dengan wisata angkernya ini berada di Semarang. Merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelmina Plein.
Pada masa penjajahan Jepang, Ruangan bawah tanah gedung ini dirubah menjadi Penjara bawah tanah atau dikenal sebagai Penjara Jongkok, hal ini karena penjara ini memiliki luas ruangan yang sempit dengan atap yang rendah.
Penjara bawah tanah Lawang Sewu ini sering dijadikan sebagai tempat eksekusi para pemuda Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap Jepang dan jasad-jasad mereka dibuang ke kali yang terletak di sebelah gedung ini. Saksi bisu perlawanan bangsa Indonesia ketika penjajahan Jepang.

Timothy Brown, Pria Amerika yang Sembuh dari AIDS

you know?

Seorang pasien dengan HIV yang juga menderita leukimia akut dianggap sembuh dari HIV oleh dokter setelah memperoleh transplantasi sel punca pada tahun 2007.
Pasien bernama Timothy Ray Brown itu menerima donor tulang sumsum yang sudah memiliki kekebalan alami terhadap infeksi HIV. Pendonor memiliki kelainan genetik yang membuatnya tidak memiliki CCR5 dalam selnya. CCR5 itu digunakan oleh HIV sebagai “markas” untuk masuk ke dalam sel CD4. Kelainan genetik seperti ini dialami oleh 1 persen orang kaukasia di Eropa Utara dan Eropa Barat.
Sebelum operasi transplantasi, Brown menerima kemoterapi untuk mematikan semua sel imun. Pria asal Amerika Serikat yang menetap di Berlin, Jerman, itu juga menerima iradiasi untuk seluruh tubuh serta obat yang menekan sistem imun tubuhnya. Semua itu bertujuan untuk mencegah penolakan terhadap sel punca yang akan ditransplantasikan. Terapi antiretroviral juga dihentikan pada hari ia menjalani operasi.
Brown, yang sempat menerima operasi transplantasi sel punca kedua 14 hari setelah operasi pertama karena leukimianya kambuh, terus menerima obat penekan sistem imun selama 38 bulan. Pada bulan ke-5, ke-24, dan ke-29 pasca operasi, Brown menjalani pemeriksaan biopsi usus besar. Pada setiap pemeriksaan, sampel diambil untuk memeriksa tanda-tanda infeksi oleh HIV.
Selama 38 bulan setelah operasi, sel CD4 baru yang dihasilkan oleh nonor mengisi sistem imun sistem kelenjar di usus. Jumlah sel CD4 itu dua kali lebih banyak daripada orang dewasa tanpa HIV. Setelah 2 tahun, jumlah CD4 itu sama dengan jumlah CD4 orang dewasa yang sehat.
Brown tidak lagi meneruskan antiretroviral. Meskipun demikian, HIV tidak lagi terdeteksi oleh tes RNA dan tes DNA. Antibodi HIV juga menurun hingga titik tanpa aktivitas. Hasil pemindaian otak, yang dijalani Brown karena mengalami masalah sistem syaraf, menunjukkan kalau HIV tidak didapati dalam otak.
Kira-kira satu minggu yang lalu, Brown diwawancara oleh Stern, sebuah majalah di Berlin. Brown mengaku mengalami buta sementara dan gangguan ingatan karena masalah pada sistem syaraf. Ia masih menjalani fisioterapi untuk memulihkan koordinasi dan kemampuan bicara.
“Hasil ini membuang dogma kalau HIV tidak dapat disembuhkan,” kata Dr. Gero Hutter yang menangani Brown. Kesembuhan ini menunjukkan kalau HIV bisa ditangani dengan sel punca yang dimodifikasi. Penanganan bisa dengan transplantasi atau terapi gen. “Terapi gen yang paling praktis saat ini,” kata Hutter.
Pada Oktober 2009, beberapa grup peneliti di Amerika Serikat telah menerima dana untuk menyelidiki teknik serta berusaha menghasilkan sel punca tanpa CCR5. Penyembuhan ini akan mahal sehingga pada tahap awal, para dokter akan memprioritaskan tindakan pada orang yang tidak memiliki jalan penyembuhan lain atau orang dengan kanker yang butuh transfer tulang sumsum atau sel punca.

DARPA: Transformer Mobil, Helikopter dan Pesawat

you know?

Mobil bisa terbang seperti Terrafugia memang enak banget yah, terutama untuk digunakan di Jakarta tapi kalau dipikir-pikir, gimana mau terbang kalau jarak antara satu mobil dengan yang lainnya hanya 3 cm??
DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency) sedang mengembangkan sebuah kendaraan militer yang bisa kita bilang kendaraan 3 in 1 karena kendaraan ini adalah sebuah mobil, helikopter dan pesawat sekaligus.

Disebut dengan DARPA Transformer (TX) adalah mobil 4 penumpang ini dilengkapai dengan berbagai persenjataan dan bisa berjalan sejauh 280 mil (450 km) baik di darat maupun udara.

Yang paling utama adalah kemampuannya untuk lepas landas secara vertikal seperti sebuah helikopter sehingga area yang sempit bukan menjadi alasan bagi kendaraan ini untuk mendarat atau tinggal landa.
Transformer yang dilengkapi dengan teknologi cangggih ini juga bisa membuat siapapun bisa mengendarainya dan anda bisa memacu kecepatan sampai 104 km/ jam pada saat berjalan di darat atau 241 km/ jam pada saat di udara.
Prototype mobil ini sedang dibuat dan diharapkan tahun 2015 nanti bisa terwujud apabila tentara Amerika dan Inggris masih berada di Afganistan.

Kamis, 09 Juni 2011

Mobil Terbang Akan Segera di Jual Bebas Tahun 2011

you know?

Mobil terbang yang bikin heboh akhir tahun lalu, akhirnya mendapat izin terbang dari Federasi Administrasi Penerbangan (Federal Aviation Administration/FAA) Departemen Transportasi AS. Dengan izin ini, mobil bernama Terrafugia Transition itu sudah dapat memulai produksi pada model komersialnya.

Hanya saja, sebelum dijual untuk umum, FAA mengharuskan beberapa perubahan pada kokpit Terrafugia demi keamanan sopir yang juga pilot mobil terbang ini. Selain itu, pengendara mobil ini harus memiliki lisensi olahraga terbang. Sopir atau pilot bisa mendapatkan lisensi ini setelah menjalani 20 jam latihan terbang.

CEO Terrafugia, Carl Dietrich, mengatakan bahwa ini adalah terobosan dalam dunia mobilitas pribadi. “Perjalanan sekarang menjadi terintegrasi, mulai dari tanah langsung mengudara. Itulah yang diimpikan peneliti penerbangan sejak tahun 1918,” ujarnya.

Rencananya, mobil terbang yang akan dilepas ke pasaran pada 2011 ini akan dibandrol sekitar 194.000 dolar atau Rp 1,78 miliar . Di udara, Terrafugia bisa terbang hingga 115 mph atau sekitar 450 mil per jam. Sayap pada mobil terbang ini dapat dilipat sehingga dapat disimpan di dalam garasi standar.

Mobil terbang ini dirancang untuk lepas landas dan mendarat di bandara setempat dan mengemudi di jalan mana pun. Transformasi dari pesawat ke mobil mengambil pilot kurang dari 30 detik.
Terrafugia yang dilepas ke pasaran nanti akan dilengkapi fitur keamanan tambahan, seperti airbag, pelindung kokpit dan juga penyerap energi ruang hampa.
Mobil terbang ini dikembangkan lulusan MIT (Massachusets Institute of Technology). Hingga kini, Terrafugia hanya bisa mengangkut pilot dan seorang penumpang.